Saya menikah pada tanggal 03 Agustus 2020, saya menikah dengan lelaki yang bernama Mohammad Zaenollah, dalam satu bulan usia pernikahan, saya mengandung anak pertama saya, selama pernikahan tersebut saya tidak diberikan nafkah lahir, dalam keseharian saya dan mantan suami saya semua bergantung kepada kedua orangtua saya , karena kebetulan saya seorang anak tunggal dan harapan orangtua saya adalah ketika saya menikah, saya tetap tinggal bersama mereka. Selama usia kandungan 1 -5 bulan, saya selalu memberikan nasehat agar mantan suami bisa memberikan nafkahnya sesuai syariat islam, dimana nominal nafkah tidak dipermasalahkan asalkan diantara kedua belah pihak menyepakati hal tersebut, namun pada kenyataannya mantan suami saya tetap tidak merespon hal tersebut bahkan dalam keseharian, mantan suami lebih sering marah tanpa adanya sebab yang jelas. Saya selalu menutupi segala masalah dari kedua orangtua saya, tetapi sebaliknya malah mantan suami saya yang selalu menunjukkan kemarahannya di depan orangtua saya. Sebenarnya sebelum pernikahan, saya sudah bekerja sebagai operator sekolah sekaligus tenaga pendidik di daerah Kec. Sumber Wringin Kab. Bondowoso, tetapi mantan suami saya (ketika itu masih dalam status pertunangan) meminta saya untuk berhenti bekerja, tetapi setelah menikah dengan saya, mantan suami malah tidak memberikan nafkah lahir kepada saya. Setelah usia kehamilan menginjak 5 bulan, saya memutuskan untuk bekerja sebagai tenaga pendidik di sebuah SMP Negeri sebagai guru seni tari, dari situlah kebutuhan selama kehamilan saya penuhi sendiri, saya membeli segala yang saya butuhkan dan inginkan dengan menggunkan hasil kerja saya sendiri, bahkan saya malah sering menawarkan untuk membeli kebutuhan mantan suami. Saya bekerja hingga usia kehamilan h-2 hpl semata-mata karena saya hanya mengejar gaji untuk biaya persalinan anak saya, karena semenjak usia kehamilan 7 bulan setiap saya menyampaikan terkait kebutuhan menjelas persalinan, suami saya tidak menanggapi hal tersebut jadi mau tidak mau saya harus memikirkan dan berjuang sendirian. Setelah kelahiran anak saya, sekitar 2 bulan usia anak saya, mantan suami saya pergi dari rumah saya dan memilih tinggal di rumah orangtuanya dengan alasan dia selalu curiga dengan saya karena kesibukan saya di sekolah, baik rekan kerja maupun murid saya. Dia tinggal di rumah orangtuanya selama 2-3 bulan, mantan suami saya baru kembali lagi ke rumah saya setelah orangtua saya menjemput dan membawa dia kembali ke rumah. Setelah pisah rumah beberapa bulan, hubungan sama dengan mantan suami semakin renggang, dan benar saja sekitar bulan oktober 2021 kejadian pertama terulang kembali, mantan suami saya pergi dari rumah saya dan meninggalkan saya dan anak saya hingga saat ini sudah sekitar 1 tahun lebih, dalam kurun waktu tersebut, mantan suami saya maupun pihak keluarganya tidak ada ikhtikad baik untuk datang ke rumah saya dan membicarakan permasalahan pernikahan saya, dengan begitu saya ingin mengajukan gugatan cerai kepada suami saya.
Yang saya pertanyakan disini, bagaimana cara pengajuan gugatan perceraian di Pengadilan Negeri Bondowoso? Mohon penjelasannya agar mempermudah saya dalam pengajuan gugatan perceraian!